27 Maret, 2009

“Salju” Besi dan Medan Magnet Merkurius

Bukti ilmiah terbaru menunjukkan bahwa jauh di bawah permukaan planet Merkurius, “salju” besi membentuk dan kemudian jatuh ke pusat planet tersebut, mirip seperti hujan salju yang terbentuk di atmosfer Bumi dan jatuh ke tanah.

Pergerakan salju besi ini bertanggung jawab terhadap medan magnet misterius di Merkurius, demikian seperti dijelaskan para peneliti dari University of Illinoiss dan Case Western Reserve University. Dalam paper yang diterbitkan April lalu di jurnal Geophysical Research Letters, para ilmuwan menjelaskan hasil pengukuran laboratorium dan permodelan yang meniru kondisi yang diyakini berlangsung pada inti Merkurius.

“Inti Merkurius yang bersalju membuka skenario baru dimana peristiwa konveksi dapat memicu dan menghasilkan medan magnet global,” demikian dijelaskan geolog dari University of Illinoiss, Prof. Jie (jackie) Li. “Penemuan kami memiliki implikasi langsung pada pemahaman terhadap sifat dan evolusi inti Merkurius dan hal serupa pada planet dan bulan lainnya.”

Merkurius, planet terdalam di tata surya, adalah satu-satunya planet terestrial selain Bumi yang memiliki medan magnet global. Ditemukan pada 1970 oleh wahana NASA, Mariner 10, medan magnet global Merkurius 100 kali lebih lemah daripada Bumi. Sebagian besar permodelan yang ada masih belum dapat menjelaskan medan magnet selemah itu.

Tersusun sebagian besarnya oleh besi, inti Merkurius juga diduga mengandung sulfur (belerang), yang memiliki titik leleh lebih rendah dari besi dan memiliki peranan penting dalam membentuk medan magnet planet tersebut.

“Pengukuran terakhir oleh radar di Bumi terhadap gerak rotasi Merkurius mengungkap adanya sedikit goncangan pada gerak planet tersebut yang menunjukkan bahwa sebagian inti planet berada dalam bentuk cair,” jelas Bin Chen, mahasiswa pascasarjana University of Illinoiss, penulis utama paper tersebut. “Namun karena ketiadaan data seismologis dari planet tersebut, kami hanya mengetahui sedikit mengenai permukaannya.”

Untuk lebih memahami sifat-sifat fisik inti Merkurius, para peneliti memanfaatkan perangkat multi-landasan untuk mempelajari perilaku lelehan dari campuran besi-sulfur pada tekanan dan suhu tinggi.

Pada setiap eksperimen, sampel besi-sulfur dipadatkan pada tekanan tertentu dan dipanaskan pada suhu tertentu pula. Sampel tersebut kemudian didinginkan, dibagi menjadi dua, dan dianalisis masing-masing dengan pindaian (scanning) mikroskop elektron dan perangkat electron probe microanalyzer. 

“Pendinginan yang sangat cepat mengawetkan tekstur sampel, yang mengungkap pemisahan antara fase padat dan cair serta kandungan sulfur pada tiap fase,” jelas Chen. “Berdasarkan hasil eksperimen ini, kita dapat menyimpulkan apa yang terjadi di inti Merkurius.”

Inti Merkurius nampaknya mencurahkan hujan salju besi pada dua zona yang terpisah, demikian dilaporkan para peneliti. Ini adalah kondisi yang unik diantara planet maupun bulan terestrial di tata surya. 

“Penemuan kami menyediakan konteks baru terhadap bagaimana data observasi dari wahana MESSENGER milik NASA akan diposisikan di masa depan,” terang Li. “Sekarang kami dapat mengaitkan kondisi fisik planet terdalam (tata surya) kita dengan formasi dan evolusi planet-planet terestrial pada umumnya.” (www.news.uiuc.edu)